PGSD UNIB
Oleh Wisnu Saputra
Assalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh …
Aku sudah menjadi seorang mahasiswa. Sebuah gelar dan nama
panggilan yang cukup menyenangkan untuk diucapkan selalu. Bukan lagi
tentang bagaimana menyebutkan nama sekolah, tetapi nama sebuah kampus.
Bukan lagi menyebut guru melainkan seorang dosen. Yah, sebuah kebanggaan yang menyenangkan dengan perasaan yang
bahagia. Menurutku satu minggu ini—pertama masuk kampus—aura kelas masih tak
berubah atau belum berubah. Kami bisa merasakan dengan adanya sekelompok orang
yang terbiasa dengan kelompoknya sendiri dan tak mau dengan yang lainnya.
Kenapa dan mengapa, aku sendiri tidak mengetahuinya?
Hari pertama,
tentunya hari senin, kami semua bergegas dengan cepat untuk bisa berbaris
dengan rapi di sebuah lapangan yang menurunku lumayan baik. Aku mewakili
temanku untuk berani berdiri di posisi paling depan di antara anak cowok yang
lain. Setelahnya, aku dengan khidmat mengikuti ucapara pertama yang menjadi
sebuah kewajiban menghormati negara Indonesia.
Mengikuti
beberapa waktu dan beberapa jam yang menarik. Kami mendengarkan sebuah pidato
dari ketua prodi PGSD—kata sambutan untuk kami yang telah sukses menumbangkan
sekian ribu peserta yang hendak masuk dan berhasil menjadi salah seorang yang
terpilih. Menarik dan berharga. Bahkan semua dosen yang terkenal untuk
kesibukannya pun dengan semangat bisa menyempatkan diri untuk bisa hadir di
tengah-tengah kami. Alhamdulillah …
Peraturan yang
menurutku benar-benar menggetarkan hati adalah: “Gerbang akan di tutup pukul
07.15 WIB dan akan ditutup untuk siapa saja yang terlambat. Siapapun.” Dengan penegasan di kata
siapapun. Wow, siapa yang tidak
tertarik coba? Angkat tangan dan katakan pada siapa aku sedang berbicara.
Bahkan dosen saja (yang kedudukannya lebih tinggi: kalian tahu itu)
sampai-sampai tidak dibukakan gerbang. Menakjubkan bukan? Subhanallah …
Himpunan
Mahasiswa (HIMA PGSD) menyampaikan beberapa pesan yang tak kalah menarik.
Beberapa peraturan turun-temurun yang masih sakral dan kuat agar tetap terjaga.
Karakter baik yang harus terus dilakukan oleh seluruh peserta upacara. Khusus
kami untuk membayar uang denda Rp 2500,-per orang. Memang kecil dalam hitungan
jumlah uang, namun ada sesuatunya teteh Syahrini dibaliknya. Ada pion yang
mendukung sang Queen saat ia dalam keadaan terdesak. Yaitu, kami diberikan 3 lembar
daftar hadir yang di pegang oleh setiap komandan tinggi (KOMTI) dari setiap
kelas. 1. Daftar hadir di tanda tangani, kemudian diserahkan kepada HIMA, 2
kepada prodi dan lembar 3 untuk arsip fakultas. Arsip yang menjadi senjata mematikan untuk
siapa saja yang mau terlambat. Dan bukan masalah terlambat atau tidak mau
hadir, melainkan bagaimana cara mendidik kepribadian yang sesungguhnya untuk
kemudian bisa mengajarkan anak SD. Nah, namanya saja PGSD, tentunya nanti akan
mengajar anak SD. Dan kalau tidak bisa mengajarkan cara upacara yang benar, mau
dikemanakan muka PGSD yang hebat ini? Hayo?
PGSD UNIB telah menjadi salah satu
primadona di seluruh nusantara. Kenapa bisa begitu? Jawabannya adalah karena,
di PGSD UNIB ini telah memiliki sebuah sistem pembelajaran dan materi
perkuliahan yang hebat. Dengan nama panggilan terbaik, dan sebuah kata yang
hebat. PGSD mengambil sistem Multitalent Teacher. Guru yang bisa segalanya,
meskipun oleh para ahli, setiap manusia hanya bisa menonjolkan sebuah bakat
terbaiknya, tetapi di PGSD ini, mahasiswanya bisa dikatakan harus berusaha
untuk menggapai seluruh kemampuan yang ada. Allah pula telah menurunkan rezeki
berupa akal pikiran untuk bisa digunakan dengan sebaik-baiknya. Dan tidak untuk
disalah gunakan.
Ada pula mahasiswa dari NTT, Aceh dan Jakarta di sini. saat
ditanya, mereka memang memilih untuk disini untuk menuntut ilmu ke-SD-an yang
menarik. mereka sudah tahu bahwa PGSD UNIB memang
baik dan masuk 7 besar dari jajaran seluruh PGSD di
Indonesia.
Lantas, masihkah anda tak berminat menjadi seorang guru? Apakah
dengan paradigma setiap orang yang mengatakan PNS itu paling banyak menganggur
membuat anda takut? Bukankah guru adalah sebuah tingkatan tinggi sebuah jabata?
Nabi pertama—Adam a.s—gurunya adalah
Allah, Sang Maha Pintar.
Apalagi menjadi guru SD, sungguh menurutku, guru SD berhak
mendapatkan pelayanan terbaik, bukan hanya presiden.
Aku hanya melontarkan satu pertanyaan yang membuat anda bisa
mempertimbangkan kenapa aku berani bilang begitu.
“Siapa yang mengajari presiden
waktu kecil? Bayangkan kalau tidak ada yang namanya guru SD? Dan huruf pertama
yang selalu diajarkan dengan gembira di sekolah hingga sekarang kalian bisa
mengenal dunia lewat membaca? Siapa yang
mengajarkan itu semua kalau bukan seorang guru SD? Guru awal di S pertama?”
Demikian pemahamanku yang masih
sedikit ini untuk bisa mengutarakan pendapat. Sebuah perbedaan pendapat tentu
saja pasti terjadi. Rambut bisa sama hitam (khusus orang Indonesia dan yang
punya rambut hitam) namun isi hati, siapa yang tahu?
Sekian,
wasallamu alaikum
warohmatullahi wabarokatuh …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar